Jumat, 25 Desember 2009

Doa seorang Ibu yang Mustajab

Seorang syekh dan ibunya yang malang

Dari cerita sebelumnya yaitu teman nabi Musa dan istana di dasar laut, cerita tersebut menceritakan
doa seorang ibu terhadap anaknya yang dikabulkan oleh Allah, Pada cerita ini saya akan menceritakan
doa seorang ibu juga namun, doa yang dipanjatkan oleh seorang ibu adalah doa keburukan bagi anaknya,
berbeda dengan cerita sebelumnya doa yang dipanjatkan adalah untuk kebaikan.
berikut Cerita Penuh Hikmah kali ini selamat menikmati ...

Sore itu, seorang Syekh berkemas-kemas, mempersiapkan bawaannya untuk keperluaan beribadah
beberapa hari di Makkah. Lalu ia mohon pamit dan mohon doa restu ibunya. Sayang, ibunya kurang berkenan dengan
rencananya. Meski tidak direstui, ia tetap nekat berangkat.
Sang ibu membuntuti perjalanannya di belakang, dengan perasaan kesal, dia lantas berdoa kepada Allah.
"Ya Allah, anakku telah menyedihkan hatiku dengan perpisahan ini. untuk itu ya Allah, berikanlah derita kepada anakku."
dia berdoa dengan penuh kerendahan hati, duduk bersimpuh di jalanan setelah mengejar anaknya, namun tidak dapat mendapatkannya.
Syeikh itu pun terus berjalan meninggalkan ibunya. Sampailah di sebuah kota dan waktu pun sudah malam. Lalu ia masuk ke sebuah masjid untuk shalat magrib dan diteruskan Isya. Jalan-jalan sudah gelap dan malam pun semakin kelam.Ia berniat untuk menginap di Mesjid itu.
Bertepatan waktu itu, tiba-tiba masyarakat kota dibangunkan dengan suara orang-orang yang mengejar pencuri . Pencuri itu lari melewati pintu masjid dan menghilang entah kemana. Orang yang masuk kedalam masjid dan melihat didalamnya ada orang yang tak dikenal,lalu berteriak, "Hai, hai ... pencurinya ada didalam mesjid."
Seketika masjid itu digrebek oleh orang-orang yang marah. mereka pun menangkap syekh yang sedang berdzikir itu. ia tidak berdaya menghadapi massa yang beringas, kecuali diam dan menyerah. Dia digelandang keluar masjid dan diarak ke balai kota. Setelah disidang dengan tuduhan mencuri, ia dijatuhi hukuman potong tangan, kaki serta dikeluarkan matanya oleh walikota setempat.
Syekh 'alim yang malang itu menjalani hukuman sesuai keputusan sidang pengadilan. Diaraklah ramai-ramai keliling kota, dengan dikalungi poster 'MALING MALANG'.
mereka berteriak, "Inilah ganjaran bagi seorang pencuri."
"Jangan katakan itu, kepergianku hanya untuk berthawaf di makkah. sedang ibuku tidak merestui keberangkatanku." sahut syekh.
Setelah diketahui bahwa, ia seorang syekh yang alim, mereka menangis dan menyesali penganiayannya. Lalu mereka mengantarkan syekh itu pulang kekampungnya. Setelah sampai di depan rumahnya, dia memanggil ibunya, "aku musafir yang lapar, berilah aku makanan, oh ibu."
"Datanglah ke pintu," ujar ibunya

"Tiada kaki bagiku untuk menujumu bu."

"Ulurkan Tanganmu."

"Tiada tangan bagiku untuk menerima pemberianmu."

"jika aku mendekatimu, bisa terjadi perbuatan yang haram," sahut ibunya.

"Tidak mungkin, Bu, sebab aku tidak mempunyai bola mata."Jawab Syekh itu .

Ketika sang ibu mengetahui bahwa itu anaknya, ia menangis. Syekh itu merebahkan kepalanya ditangan ibunya seraya meminta maaf atas tindakannya.

Rabu, 16 Desember 2009

Baju Umar dan Anaknya Penuh Tambalan

Suatu hari anak khalifah Umar bin Khatab pulang sekolah dgn menangis. Ketika ditanya oleh ayahnya, ia menjawab bahwa teman-temannya disekolah mengolok-ngolok bajunya yang penuh dengan tambalan. Diantara mereka mengatakan, ” hai Kawan-kawan, perhatikan berapa jumlah tambalan anak ini!” menjadi bahan tertawaan teman-temannya, sedih hatinya.
Pola hidup keluarga Khalifah Umar memang sederhana, saking sederhananya, konon kendati menjabat sebagai khalifah di Makkah, tambalannya ada empat belas. Salah satunya ditambal dengan kulit kayu.
Mengetahui kesedihan anaknya, pergilah umar kekas Negara dengan maksud akan meminjam beberapa dinar untuk membelikan baju anaknya. Tidak bertemu dengan pejabat bagian kas negara, ia meninggalkan sepucuk surat, isinya sebagai berikut :
” Bersama surat ini perkenankanlah aku meminjam uang kas negara sebanyak 4 dinar sampai akhir bulan, pada awan bulan nanti, gajiku langsung dibayarkan untuk melunasi utangku. Demikian pesan dan permintaan ku, sebelum dan sesudahnya terima kasih. Tertanda Umar Bin Khatab, Khalifah di Mekkah.”
Setelah Pejabat kas negara membaca surat pengajuan utang itu, dikirimlah surat balasan :
”Dengan segala hormat, surat balasan kepada junjungan khalifah Umar Bin Khatab. Wahai khalifah, mantapkah keyakinanmu untuk hidup sebulan lagi, untuk melunasi utangmu, agar kamu tidak ragu meminjamkan uang kepadamu. Apa yang Khalifah lakukan terhadap uang kas negara, seadainya meninggal sebelum melunasinya, Demikian kurang lebihnya mohon maaf. Hormat kami, pejabat kas negara.”
Selesai membaca surat balasan dari pejabat kas negara, Khalifah laangsung menangis, dan berseru kepada anaknya :
”Hai anakku sungguh aku tidak mampu membelikan baju baru untukmu dan berangkatlah sekolah seperti biasanya, sebab aku tidak bisa meyakinkan akan pertambahan usiaku sekalipun hanya sesaat.” Anak itu pun menangis mendengar ujar ayahnya.
Anak Umar tetap tegar dan tabah, dan tetap masuk sekolah dengan memakai bajunya yang penuh tambalan. Ia tahu pasti bahwa, Allah SWT tidak melihat tampilan seseorang, tetapi melihat hatinya. Kemulian disis Allah bukan lah bagi orang – orang yang bagus pakaiannya , tetapi siapa diantara mereka yang paling bertakwa kepada Allah, lebih baik memakai baju tambalan asal halal daripada baju bagus serba mahal, namun dibeli dengan uang rakyat.

Semoga cerita ini bisa menjadi contoh para penguasa di negri kita !!!!

Jumat, 11 Desember 2009

Istana Didasar Laut

Cerita Penuh Hikmah Kali menceritakan Petualangan Nabi Sulaiman, yang menemukan Sebuah Bangunan indah didasar Laut yang begitu Indah, berikut Ceritanya selamat Menikmati ....

 
Ditengah pengembaraan, Nabi Sulaiman As, sampai di tepian samudera, yang ombaknya bagai gunung. Bagi Sulaiman tampat itu terasa ada misteri. Lantas ia memerintahkan angin agar tidak bertiup barang sejenak. Secara serentak angin pun reda & ombaknya pun berhenti. Kemudian Jin Ifrit mendapat giliran untuk menyelam kedasar laut & mendeteksi apa yang berada didasar samudera itu. Tiba-tiba terlihat olehnya sebuah bangunan indah berbentuk kubah putih dari mutiara, rapat tak berlubang. Lantas diangkatnya kubah itu dari dasar lautan & diserahkan kepada nabi Sulaiman AS. Begitu kagumnya beliau menyaksikan bangunan seindah itu.
Kekagumannya dilampiaskan dengan memeriksa banguna itu dengan seksama. Keyakinannya begitu kuat, bahwa ada sesuatu didalamnya, Sayang tak ada satu pun lubang untuk mengintipnya , Beliau segera berdoa kepada Allah SWT agar dapat melihat isi kubah indah itu, seketika beliau tecengang, ketika kubah itu terbuka dan didalamnya terdapat seorang pemuda yang tengah bersujud.
”Anda dari golongan malaikat, jin atau dari jenis manusia ?” tanya nabi Sulaiman AS.
“Aku adalah manusia .” sahut pemuda itu.
“Amal apa yang telah engkau lakukan sehingga engkau memperoleh kedudukan yang mulia ini?”.
Pemuda itupun menjawabnya, “Dulu aku berbakti kepada orang tua, ketika orang tua kami jompo dan lemah, kugendong ia diatas punggungku, dan saat itu ibuku berdoa,
“Allahumar Zuqhul qanaata waj’al makaanahu ba’da wafatihi fii maudhi’in laa fil ardhi walaa fis samaa = ‘ya allah berikanlah sifat qanaah kepada anakku, dan berilah tempat setelah matinya tidak dibumi dan dilangit.”
Setelah ibuku tiada, aku menghibur dukaku ketepi pantai, dan terlihatlah kubah mutiara putih itu, kudekati, lau aku pun masuk kedalamnya. Tiba-tiba pintu kubah ini menutup dengan sendirinya dan bergerak atas ijin Allah Swt. Aku pun tidak tahu pasti dimana berada, Didarat atau di Udara, namun aku tetap memperoleh rezeki dari Allah SWT yang disediakan didalam kubah ini, “Demikian pemuda itu menceritakan asal mula ia berada didalam kubah itu.”
Dengan apakah Allah SWT memberimu rezeki ?” tanyanya lagi.
Saat perut ku lapar, Allah menciptakan pohon yang berbuah, lalu aku diberinya. Dan ketika aku haus, mengalirlah dari pohon itu air putih melebihi susu, manisnya melebihi madu dan dingin melebihi salju.” Pemuda itu menjelaskan.
”Lalu bagaimana kamu mengetahui malam dan siang ?”
”Bila Fajar shubuh kubah itu menjadi putih, sehingga aku tahu tandanya akan siang hari, dan bila matahari terbenam, kubah ini berubah menjadi hitam, dan aku pun tahu bahwa pasti saat itu malam.” dia menjelaskan lagi.
Usai berdialog dengan pemuda itu, sulaiman berdoa, kubah itu menutup dengan sendirinya, dan pemuda itu tetap berada didalamnya. Kubah bergerak menuju ketempatnya didasar lautan.

Kamis, 10 Desember 2009

TEMAN NABI MUSA DI SURGA

Suatu ketika Nabi Musa as, berada kpada Allah Swt , “Ya Allah, tunjukkanlah kepadaku, siapakah temanku di surga ?”
Keinginan beliau untuk mengetahui siapa jadi temannya surga begitu kuat, Tidak lama kemudian nabi Musa AS, diberi wahyu sbg jawaban doa nya. Beliau disuruh mencari sendiri kesebuah pasar tempat penjualan daging, criteria orang tersebut pula dalam wahyu tersebut.
Beliau pun segera pergi menuju sebuah pasar yang dimaksud. Disana beliau bertemu dengan seseorang penjual daging yang kriterianya persis seperti yang disebutkan oleh wahyunya. Beliau menunggu berjualan sampai selesai, ketika hari hampir petang, orang itu mengambil sekerat daging & dimasukkan kedalam keranjang, lalu dipikulnya dengan sebatang kayu.
Sewaktu akan pulang, Nabi Musa AS, mendekatinya dan bertanya, ”Apakah engakau punya tamu ?”.
”Benar aku punya tamu. ” Jawabnya.
Nabi Musa AS diajak mampir kerumahnya. Mampirlah beliau kerumah penjual daging itu. Beliau dipersilahkan duduk di ruang depan & dibiarkan sendirian. Sementara pedagang itu sibuk memasak, sebagaimana layaknya orang memasak untuk tamu yang paling dihormatinya.
Selesai Memasak, dia menyiapkan air dan pakaian untuk tamunya itu. Nabi Musa AS, tetap dibiarkan sendirian, menyaksikan kesibukan. Ternyata semua itu bukan untuk nabi Musa AS, orang itu masuk kedalam kamar, dan keluar menggedong seorang nenek jompo yang lemah. Disuapinya diseka dan diganti pakaiannya seperti merawat bayi. Lalu nenek jompo itu ditempatkan kembali ketempat tidur seperti semula.
Ketika Nabi Musa AS
, menanyakan siapa sebenarnya nenek itu, yang diperlakukan sedemikian mulia, orang itu menjawab, ”Nenek ini adalah ibu kandungku sendiri, ia telah lemah& tak berdaya merawaat diri sendiri” Nabi Musa AS mengarahkan pandangannya kepada seorang nenek jompo yang berbaring itu, terliahat bibir nenek itu komat-kamit.
Sebagai seorang nabi, beliau pun tahu tahu pasti apa yang diucapkan nenek jompo itu, yakni mendoakan anaknya ,” Allahummaj’al ibni jaliisa musa fil Jannah” ya tuhanku, jadikanlah anakku teman nabi Musa AS, di surga.
Akhirnya beliau berkata kepada orang itu, ”Terimalah kabar gembira bagi anda, dan kenalkan aku nabi Musa, dan engkaulah kawanku kelak di surga.


Subhanllah begitu besarnya doa seorang ibu, memang benar bila Ridhonya Allah ridho nya orangtua, dari cerita ini semoga kita mendapatkan hikmah dan pelajaran yang disampaikan,
Sudah cukup jelas cerita diatas untuk dapat kita renungkan sudah sejauh mana sikap kita terhadap orang tua khususnya ibu kita, mungkin banyak orang setelah orang tua mereka sudah mulai tua, lemah, pikun, atau untuk mengurus diri mereka sendiri sangat sulit, ketika mereka membutuhkan bantuan, anaknya malah sibuk dengan istri, anak, Harta mereka.
Kita mungkin lupa mereka lah dulu yang menggandung kita, menyusui kita, memandikan kita, membantu kita untuk bisa merangkak, berdiri, dan berjalan. Benarlah apa yang diriwayatkan dari sebuah hadis ketika seorang sahabat memaparkan apa yang telah dilakukan nya bahwa dia menggedong ibu nya yang sudah tua jompo kemana-mana, dia merawatnya, dan menceritakannya dan bertanya kepada Rasul SAW, ’apakah hal tersebut dapat membalas jasa ku kepada orang tua?’ Rasul menjawab hal itu belum cukup, jauh dari cukup.
Mungkin kita sudah mengerti alasan Nabi menjawab pertanyaan itu, jasa orang tua terhadap kita tidak akan pernah bisa dibalas dengan cara bagaimana pun, uang, materi, harta benda tak bisa membalas jasa mereka.
Maka sudah cukup cerita maling kundang menjadi sebuah Legenda atau cerita rakyat saja jangan sampai menjadi sejarah yang nyata pernah terjadi.
Semoga kita menjadi orang-orang yang berbakti kepada orang tua karena untuk beribada kepada Allah SWT, Wallahualam biswab.
Wassalam...